Jumat, 01 Agustus 2014

Pemadaman Listrik Bergilir di Bolaang Mongondow Tengah

Pemadaman Listrik Bergilir di Bolaang Mongondow Tengah

Kabupaten Bolaang Mongondow adalah kabupaten di provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Ibukotanya adalah Lolak. Etnis Mayoritas di kabupaten ini adalah Suku Mongondow. Bahasa ibu penduduk asli di daerah ini adalah Bahasa Mongondow.

Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow telah mengalami sejumlah pemekaran. Tahun 2007 dimekarkan menjadi Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Pada tahun 2008 dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

Kecamatan Dumoga Tengah merupakan bagian dari dataran Dumoga hasil pemekaran dari Kecamatan dumoga Barat, yang di bagian selatan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW; Taman ini sebelumnya bernama Taman Nasional Dumoga Bone) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, serta diapit tiga kecamatan yakni Dumoga Utara, Dumoga Timur dan Dumoga Barat. yang sejak dulu sudah dikenal sebagai wilayah persawahan dan perdagangan dengan Ibukotanya di Desa Ibolian Induk

Program Listrik Masuk Desa cukup berhasil di wilayah ini, karena seluruh desa yang ada telah di aliri dengan listrik PLN, di tahun 2008 tercatat telah 6.746 pengguna yang menggunakan listrik untuk penerangan dan kebutuhan rumah lainnya. Dalam bidang komunikasi, konsumen telepon kabel hanya 133 pelanggan, itupun cuma tersebar di 10 desa dengan pelanggan terbanyak di desa Ibolian.

Pemadaman Listrik Bergilir di Bolaang Mongondow Tengah

Pemadaman listrik terjadi hampir di seluruh daerah Bolaang Mongondow Tengah (Bolteng), Kamis (31/7). Calon kabupaten baru tersebut terlihat gelap gulita malam hari. Hanya satu dua rumah ada lampu listrik yang bersumber dari general set (genset).

Pantuan Tribun Manado, mulai dari Abak sampai Kosio tidak ada lampu yang menyala. Hanya ada satu dua rumah yang menyala. Itu pun dengan pertolongan genset. Penerangan menggunakan genset terbatas. Hanya orang atau keluarga mampu bisa menyediakan genset.

Sejumlah jalan protokol hingga lorong tanpa penerangan. Akibatnya hampir seluruh wilayah permukiman di bakal daerah pemekaran ini gelap. Masyarakat kesulitan melakukan aktivitas di malam hari.

Menurut Suraji (68), warga Mopuya, pemadaman lampu sudah dimulai pukul 18.00 Wita sampai pukul 22.00, listrik belum menyala. Ia mengaku kesulitan untuk beraktivitas seperti memasak saat malam hari. "Yang paling sulit ya makan. Apalagi jika baru memasak," katanya.

Suraji menuturkan ia memasak menggunakan indra penglihatan. "Bisa jadi salah masak atau nantinya salah makan," ujarnya.

Bagi pengusaha yang memerlukan tenaga listrik, menurut Suraji, akan mengalami kerugian. "Kalau misalnya akan membuat es. Es itu akan kembali mencair," katanya.

Utu (37), mengaku sulit mengandalkan bahan bakar minyak. Minyak tanah sudah mahal. "Sudah Rp 15 ribu per liter" ujarnya. Itu pun kalau ada," kata Wahyu temannya.

Sumber: http://manado.tribunnews.com/2014/07/31/bolmong-tengah-gelap-gulita
Sumber: Wikipideia.org

0 komentar

Posting Komentar